Tanggal 6 kemaren pas sore-sore menjelang magrib tiba-tiba
ada yang ke rumah bawa spanduk tulisannya SELAMAT KAMPUNG INI MASUK 125 BESAR
SEMAKIN MERDEKA DARI SAMPAH 2012. Emang ada yah? Aku terbengong-bengong
sebentar, ngowoh, joget-joget sekalian, eh yang terakhir enggak ding :p.
OMG…langsung aku telpon pak RT. Beliau langsung menginstruksikan bapak-bapak
satpam, tukang kebun, hingga satpam perumahan sebelah pun direkrut juga untuk
membersihkan area pintu gang II. Hihi. Rencananya sih spanduknya mau dipasang
di pintu gang II. Nah area pintu gang II ini kurang terawat soalnya pagarnya
selalu dikunci dengan alasan keamanan.
Mereka bekerja sampe larut malam, yang mengawasi adalah
ibu-ibu cantik. *kedip kedip genit* Aku,
mbak Dona, Mbak Uce, Nana, Dik Nurul, dan mbak Indri. Karna di tempat kami
bapak-bapaknya pada pulang larut malam, kami harus jadi Wonder Woman.
Gosip-gosip sedikit sambil merencanakan bagaimana menyambut kedatangan juri
esok hari.
Setelah semua bersih, timbul masalah baru. Potongan rumput,
daun, batang pohon di masa lalu menggunung. Duh ini sih harus segera dibuang,
celakanya rumah kompos sudah pada tutup. Mau dibuang ke TPS terdekat udah
penuh. Akhirnya pak RT datang, beliau bilang besok pagi aja dipikirnya, ibu-ibu
yang cantik dipersilakan beristirahat. Alhamdulillah terbayang kasur empuk di
rumah sudah memanggil-manggil. I’m coming babyyyy.
Keesokan subuhnya aku ulangi telpon orang TPS meminta sampah
itu diangkat pagi ini. Alhamdulillah mereka bisa. Aku langsung ke TKP. Ternyata
udah ada mbak Dona mengawasi bapak satpam, tukang kebun, dan tukang becak
melanjutkan pekerjaan kemarin. Salah satu yang bernama Pak Slamet kami suruh
memanen mangga manalagi dan kelapa muda yang kebetulan sedang masa panen.
“Nanti juri kita kasih degan sama rujak ya,” kata mbak Dona. Hmmmm nyam-nyam.
Panen berlanjut hingga ke kebun dalam. Udah dapet 15 butir
kelapa muda, 1 karung besar mangga, sayangnya sukun Yogya kami belum masa panen
L. Kalo ga dengan
bersih-bersih begini pasti gak ada yang sempat petik buah-buahan di taman.
Semua pada sibuk. Mangga yang muda dirujak, sebagian ditata di gazebo bersama
degan. Sisanya dibagikan ke warga dan petugas.
Setelah juri berjalan dan melihat-lihat lingkungan tempat
tinggal, takakura, tanaman, komposter, kebun, dll. mereka kita ajak ke gazebo
untuk istirahat sambil makan rujak. Wah ternyata rujaknya laku keras sampe
ludes. Thanks God, thanks mbak Tuti yang bikinin bumbu rujak, thanks mbak Yanti
yang sudah mesenin nasi kotak, enyaaak mbak. Salah satu juri nyeletuk, “bagus
ya lokasi ini, di tengah taman kota masih ada ruang untuk taman buah dekat
gazebo lagi.” Yah kami para warga langsung terbang ke awang-awang langit ke
tujuh dengan pipi merah tersipu malu dong.
Usai penjurian, aku pulang mau istirahat. Haah ternyata di rumahku
masih ada banyak mangga muda. Waduh buat apa ya ini? Akhirnya timbul ide. Aku
bikin jadi sambal pencit aja. Besoknya aku ke pasar beli teri Medan, cabe, dan
pete. Aku masar jadi sambal pencit 1 wajan buesaaaaaaarrr. Akhirnya aku
bagi-bagi ke warga dengan bantuan Yuk Par :D.
|
yummmmss :9 |